Rifan Financindo Berjangka – Bisnis.com, JAKARTA Lampu kuning pesta pergerakan harga emas pada periode berjalan 2024 mulai menyala. Phillip Nova menyebut komoditas emas memasuki fase konsolidasi. Pandangan itu setelah harga logam mulia gagal untuk bertahan di level teknikal US$2.400 per troy ounce. “Keputusan China untuk tidak menambahkan logam mulia ke cadangannya untuk bulan kedua juga bearish bagi pasar,” tulis Phillip Nova dilansir dari Bloomberg, Selasa (9/7/2024). Sebagaimana diketahui, Bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) tidak menambah cadangan emas selama dua bulan berturut-turut pada Juni 2024 saat harga logam mulia tersebut telah menurun dari rekor tertinggi.
Berdasarkan data resmi yang dirilis pada Minggu (7/7/2024) cadangan emas batangan yang dipegang oleh PBOC tidak berubah pada 72,8 juta troy ounce pada akhir bulan lalu. Sebelumnya, PBOC juga memilih untuk tidak menambah cadangan pada Mei 2024. Hal ini mencerminkan berhentinya aksi beli besar-besaran selama 18 bulan, yang telah membantu mendorong komoditas tersebut ke level tertingginya
Namun, beberapa analis masih percaya bahwa pembelian akan dilakukan kembali karena China berupaya mendiversifikasi cadangannya dan menjaga mata uangnya dari depresiasi. Adapun, diketahui sebanyak 20 bank sentral masih berharap untuk meningkatkan kepemilikan emas mereka pada 2025. Menurut World Gold Council, hal ini didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik dan keuangan. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot pada perdagangan Selasa (9/7/2024) menguat 0,10% ke level US$2.361,48 per troy ounce pada pukul 06.44 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga menguat 0,21% ke level US$2.368,50 per troy ounce pada pukul 06.34 WIB. Mengutip Reuters, harga emas pada Senin (8/7/2024) telah menurun lebih dari 1%. Harga emas tertekan oleh reli risk-on di ekuitas dan aksi ambil untung oleh investor. Hal ini terjadi usai reli tajam di sesi sebelumnya, karena ekspektasi pemangkasan Federal Reserve (The Fed) “Ini terlihat seperti banyak aksi ambil untung, dan ekuitas menguat pagi ini, yang semacam memiliki sedikit faktor persaingan dengan logam mulia,” jelas Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. Kemudian, Haberkorn meyakini bahwa emas akan naik berdasarkan prediksi pemangkasan suku bunga The Fed. Alat pemantau The Fed memperkirakan penurunan suku bunga pada September 2024, dan kemungkinan pemangkasan kembali pada November dan Desember 2024. Hal ini dinilai akan berdampak positif pada emas. Analis pasar keuangan di Capital.com, Kyle Rodda, kemudian juga menuturkan bahwa jika kembali mendapatkan kejutan penurunan lainnya dalam data inflasi yang konsisten, maka juga menjadi pendorong bagi emas.