Harga Perak turun ke sekitar $36,50 per ons pada hari Rabu, mencatat penurunan tiga hari berturut-turut. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh Penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil Obligasi Treasury, dua faktor yang cenderung menekan harga logam mulia karena meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset non-yield seperti Perak.
Ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan agresif dari Presiden Donald Trump turut memperberat sentimen Pasar. Trump menolak perpanjangan untuk Tarif yang menyasar 14 negara dan mengumumkan Tarif baru hingga 50% untuk impor tembaga, serta ancaman Tarif 200% untuk produk farmasi. Langkah ini menambah ketidakpastian dan memperkuat permintaan Dolar sebagai safe haven.
Sementara itu, fokus investor kini beralih ke risalah FOMC terbaru yang akan dirilis, sebagai petunjuk arah kebijakan suku bunga The Fed. Laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan untuk Juni juga memperkuat ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat kemungkinan ditunda, memperkuat imbal hasil dan menekan harga logam seperti Perak.
Kondisi makro saat ini memperlihatkan tekanan berlapis terhadap Perak: dari sisi fundamental ekonomi AS yang kuat, kebijakan perdagangan yang hawkish, hingga Penguatan Dolar. Jika tren ini berlanjut, support jangka pendek berada di sekitar $36, sementara resistance kembali menguji area $37,20.
Sumber: (ayu-newsmaker)
Perak Terkapar di Tengah Gempuran Tarif dan Dolar Perkasa
