Dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Kamis (11/07/2025) setelah sempat melemah di sesi Asia, didorong oleh kekhawatiran investor atas gelombang Tarif baru dari Presiden Donald Trump serta sinyal dovish dari Federal Reserve (The Fed).
Meskipun yield Obligasi AS turun tajam usai lelang Obligasi 10 tahun yang sukses, indeks Dolar AS (DXY) berhasil bangkit kembali ke sekitar 97.60, naik dari level terendah hariannya di 97.27.
Trump memicu gejolak Pasar setelah menerbitkan surat Tarif putaran kedua kepada tujuh negara baru, termasuk Filipina, Brunei, Moldova, Aljazair, Irak, Libya, dan Sri Lanka, dengan Tarif impor yang diusulkan antara 20% hingga 30%.
Ia juga menyasar Brasil dengan Tarif 50%, menyusul kasus hukum terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro yang dianggapnya sebagai “perburuan penyihir”. Surat terbuka Trump kepada Presiden Lula da Silva bahkan menuntut penghentian persidangan “segera”, menambah ketegangan politik dalam konteks dagang.
Sementara itu, risalah pertemuan FOMC Juni menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat bank sentral AS menganggap pemangkasan suku bunga mungkin diperlukan akhir tahun ini, terutama jika tekanan inflasi dari Tarif terbukti hanya sementara.
Kombinasi ketegangan dagang dan ekspektasi pelonggaran moneter membuat USD tetap diminati sebagai aset safe haven, meski pergerakannya di Pasar valuta asing tetap cenderung hati-hati.
Sumber: Fxstreet
Dolar Menguat di Tengah Eskalasi Tarif Trump dan Sinyal Dovish Fed
