Harga Minyak dunia bergerak stabil pada Jumat pagi setelah mengalami penurunan tajam lebih dari 2% sehari sebelumnya. Minyak WTI untuk pengiriman Agustus naik 0,5% ke level $66,87 per barel pada pukul 07:30 waktu Singapura, sementara Brent untuk kontrak September ditutup turun 2,2% di $68,64 per barel. Pergerakan ini mencerminkan kehati-hatian Pasar dalam merespons kombinasi antara kebijakan pasokan OPEC+ dan meningkatnya ketegangan dagang akibat Tarif dari Presiden AS, Donald Trump.
Organisasi negara-negara pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menunda rencana kenaikan produksi yang dijadwalkan September. Langkah ini muncul di tengah kekhawatiran akan potensi surplus pasokan global yang bisa terjadi di akhir tahun. Meski demikian, sinyal pengetatan di Pasar fisik masih terlihat, terutama karena permintaan energi biasanya mencapai puncaknya selama musim panas di belahan bumi utara.
Kekhawatiran Pasar juga diperkuat oleh rencana peningkatan produksi OPEC+ pada Agustus, yang diumumkan akhir pekan lalu. Tambahan pasokan ini dinilai bisa menambah tekanan jika permintaan tak mampu mengimbangi. Di sisi lain, kondisi geopolitik seperti eskalasi ketegangan di Laut Merah dan serangkaian ancaman Tarif Trump ikut membayangi sentimen. Kebijakan Tarif yang agresif dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan mengurangi konsumsi energi.
Meski volatil, harga Minyak sepanjang pekan ini tercatat tidak banyak berubah. Investor saat ini masih menimbang risiko pasokan yang lebih longgar dengan potensi perlambatan permintaan global. Fokus Pasar kini tertuju pada keputusan akhir OPEC+ soal produksi dan respons Pasar terhadap dinamika Tarif global yang dipicu dari Washington.
Sumber: (ayu-newsmaker)
Harga Minyak Stabil, Pasar Cermati Suplai OPEC+ dan Tekanan Tarif Trump
