Harga Perak (XAG/USD) diperdagangkan dalam kisaran ketat di sekitar $38 selama sesi perdagangan Asia pada hari Rabu (17/7). Logam mulia ini berkonsolidasi karena investor menunggu petunjuk lebih lanjut mengenai perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
Pada hari Rabu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Washington kemungkinan akan mencapai kesepakatan dengan UE, sekaligus menyatakan keyakinannya bahwa pakta perdagangan dengan India akan segera tercapai.
“Kita sangat dekat dengan India, dan kita mungkin bisa mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa,” kata Trump dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Real America’s Voice.
Komentar Trump muncul ketika kepala perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, sedang menuju Washington pada hari Rabu untuk putaran perundingan perdagangan berikutnya.
Mengingat Uni Eropa merupakan salah satu mitra dagang utama AS, ketegangan perdagangan antara kedua negara akan berdampak pada tatanan perdagangan global. Secara teoritis, harga Perak berkinerja lebih baik dalam lingkungan global yang semakin tidak pasti.
Sementara itu, meningkatnya kekhawatiran bahwa inflasi AS akan semakin memanas ketika Tarif tambahan yang dikenakan AS kepada mitra dagangnya mulai berlaku mulai 1 Agustus diperkirakan akan terus mendukung harga Perak. Perak cenderung berkinerja lebih baik dalam lingkungan inflasi tinggi.
Pada hari Rabu, Presiden Federal Reserve (Fed) Bank New York, John Williams, dan Presiden Fed Bank Atlanta, Raphael Bostic, memperingatkan bahwa dampak Tarif terhadap inflasi baru saja mulai meningkat dan akan semakin cepat ke depannya.
“Masih terlalu dini untuk memperkirakan dampak Tarif terhadap ekonomi, yang “Sejauh ini masih moderat, tetapi akan meningkat seiring waktu,” kata Presiden Bank Sentral New York, John Williams. (Arl)
Sumber: Fxstreet
Tertahan di $38, Perak Tunggu Sinyal Jelas dari AS dan Uni Eropa
