PT. Rifan Financindo Berjangka – JAKARTA. Belakangan harga perak cenderung tertekan, bahkan berada di bawah US$ 29 per ons troi. Angka ini turun dari dekat level tertinggi pada satu minggu lalu, setelah ketidakpastian meningkat terkait pemotongan suku bunga Federal Reserve.
Hari ini, harga perak naik namun masih di bawah US$ 29 per ton. Melansir Trading Economics, pada akhir perdagangan Senin (9/9), harga perak ditutup menguat 1,49% ke level US$ 28,35. Namun dalam waktu sepekan harganya justru terkoreksi tipis 0,51%.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan ketidakpastian ekonomi dan kekuatan pasar eksternal membuat harga perak turun setelah sebelumnya reli dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Sutopo, katalis utamanya adalah data pasar tenaga kerja Amerika Serikar (AS) yang beragam sehingga membuat ketidakpastian tentang langkah Federal Reserve selanjutnya. Investor kini tidak yakin The Fed akan memilih pemotongan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin pada pertemuan akhir September.
Ditambah lagi laporan penggajian nonpertanian bulan Agustus menunjukkan peningkatan 142.000 pekerjaan, di bawah perkiraan 160.000. Sementara angka bulan Juli direvisi turun menjadi 89.000.
Di sisi lain, tingkat pengangguran AS turun menjadi 4,2%, sejalan dengan ekspektasi pasar tetapi gagal menjelaskan keputusan kebijakan Fed di masa mendatang.
“Suku bunga yang lebih rendah cenderung mendukung perak dengan mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti logam mulia,” kata Sutopo kepada KONTAN (9/9).
Tidak hanya itu, penguatan dolar AS juga memainkan peran penting dalam kemunduran perak. Dolar mencapai titik tertinggi dalam dua minggu, membuat perak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaannya.
Bersamaan dengan ini, lanjut Sutopo, kenaikan imbal hasil US Treasury juga telah mengurangi daya tarik perak, terutama karena investor mencari aset yang lebih aman selama masa ketidakpastian.
Dalam waktu dekat, Sutopo memproyeksi harga perak akan tetap tertekan. Tetapi jika pembacaan inflasi atau CPI AS lebih lemah dari yang diharapkan atau pertumbuhan pekerjaan AS yang mengecewakan dapat memicu pemulihan jangka pendek. Ia menyarankan agar pedagang mencermati dengan saksama perubahan sentimen yang dapat menandakan dimulainya pemulihan.
Di sisi lain, Pengamat Komoditas Lukman Leong mencermati pergerakan harga perak yang volatile disebabkan karena harga perak yang mengikuti kenaikan harga emas. Namun di sisi lain perak yang juga merupakan logam industri masih tertekan oleh prospek ekonomi global yang lemah terutama China.
“Ekonomi AS yang lemah justru bisa mendukung harga perak dengan lebih cepat menurunkan suku bunga, namun China sebagai konsumen terbesar justru sebaliknya,” katanya kepada KONTAN, Senin (9/9).
Lukman melihat, akan ada potensi China untuk kembali menggelontorkan stiumulus ke pasar setelah The Fed mulai memangkas suku bunga, yang mana hal ini mampu mendukung harga perak.
Dengan sentimen suku bunga The Fed dan ekonomi China yang menjadi sentimen utama harga perak saat ini. Lukman memperkirakan harga perak akan berkisar US$ 33 – US$ 34 per ons troi pada akhir tahun.
Sementara, Sutopo mencermati harga perak diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 29,56 per ons troi pada akhir kuartal ini, dan menyentyh US$ 31,78 pada akhir tahun 2024
Sumber : investasi.kontan.co.id