Dolar Australia (AUD) melemah terhadap Dolar AS (USD) pada hari Senin (07/07), melanjutkan tren penurunan untuk hari ketiga berturut-turut, dipicu oleh meningkatnya penghindaran risiko global dan kekhawatiran Tarif baru dari AS. Sentimen Pasar memburuk setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan Tarif tambahan 10% pada negara-negara yang berpihak pada BRICS, serta mengindikasikan bahwa 12 hingga 15 surat Tarif akan dikirim minggu ini. Ketegangan dagang ini membuat Dolar AS menguat sebagai aset safe haven, menekan pasangan AUD/USD lebih dalam. Sementara itu, data iklan pekerjaan ANZ di Australia yang naik 1,8% belum cukup menopang AUD, karena fokus Pasar tetap tertuju pada ketidakpastian eksternal dan risiko Tarif global.
Dari sisi domestik, pelaku Pasar kini menanti hasil pertemuan kebijakan moneter Reserve Bank of Australia (RBA) pada Selasa, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga namun memberikan sinyal pelonggaran lebih lanjut di masa mendatang. Ketergantungan Australia pada perdagangan dengan Tiongkok juga menjadi perhatian, mengingat data menunjukkan adanya pergeseran besar dalam ekspor Tiongkok untuk menghindari Tarif AS. Perubahan arus perdagangan ini dapat berdampak pada permintaan komoditas Australia. Dengan latar belakang ini, outlook jangka pendek AUD tetap rentan terhadap tekanan eksternal, terutama jika Penguatan Dolar AS berlanjut atau jika RBA memberi sinyal dovish yang lebih kuat dari perkiraan Pasar.
Sumber: (ayu-newsmaker)
AUD Kian Terpuruk: Trump, Tiongkok, dan RBA Jadi Beban Berat
