Harga Emas mengalami penurunan tipis pada awal pekan ini, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Penurunan terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan memberlakukan Tarif tambahan 10% bagi negara-negara yang berpihak pada kelompok BRICS. Ancaman tersebut mendorong Penguatan Dolar AS, yang pada gilirannya menekan harga Emas. Emas batangan turun hingga 0,9%, diperdagangkan mendekati $3.306 per ons.
Investor kini memantau arah kebijakan perdagangan AS menjelang tenggat waktu Tarif pada 9 Juli. Menteri Keuangan Scott Bessent memberi sinyal kemungkinan perpanjangan waktu negosiasi, sementara Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyebutkan Tarif akan berlaku secara bertahap mulai 1 Agustus. Ketidakpastian ini mendorong Pasar untuk mencari kejelasan, namun juga membatasi minat terhadap aset safe haven seperti Emas dalam jangka pendek.
Meski turun, harga Emas masih naik lebih dari seperempat sejak awal tahun. Lonjakan ini didorong oleh kekhawatiran global, meningkatnya permintaan dari bank sentral, serta aliran dana masuk ke ETF berbasis Emas. Investor masih melihat Emas sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik, terlebih setelah Trump juga mengancam Tarif 100% terhadap negara-negara BRICS jika mereka meninggalkan Dolar dalam perdagangan bilateral.
Pada pukul 11:05 pagi waktu Singapura, harga Emas spot turun 0,8% menjadi $3.309,31 per ons, sementara Dolar AS naik 0,1%. Logam mulia lain seperti Perak, paladium, dan platinum juga melemah. Pasar kini fokus pada arah kebijakan AS dan hubungan dagang global yang akan menjadi penentu utama pergerakan Emas dalam beberapa pekan ke depan.
Source: (ayu-newsmaker)
Emas Tergelincir, Trump Ancam BRICS: Apa Dampaknya?
