Dolar menguat tajam terhadap mata uang utama lainnya pada hari Senin (7/7), setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan Tarif baru yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus untuk sejumlah negara termasuk Jepang dan Korea Selatan.
Trump mengunggah surat kepada para pemimpin beberapa negara di platform media sosialnya, yang mengatakan bahwa ia akan mengenakan Tarif sebesar 25% terhadap Jepang dan Korea Selatan.
Ia juga mengirim surat kepada para pemimpin Malaysia, Kazakhstan, Myanmar, Afrika Selatan, dan Laos, yang semuanya menguraikan Tarif yang mendekati tingkat yang sebelumnya diumumkan untuk masing-masing negara pada bulan April.
Kenaikan nilai tukar Dolar paling terasa terhadap yen, dan terakhir naik 1,09% pada level 146,130.
Nilai tukar Dolar naik 0,38% menjadi 0,798 terhadap franc Swiss pada hari Senin.
Euro merosot 0,57% menjadi $1,172 setelah menguat lebih dari 13% sepanjang tahun ini.
Investor juga khawatir bahwa Brussels mungkin tidak dapat mengamankan kesepakatan dengan Washington sebelum batas waktu karena kemajuan perjanjian dengan Uni Eropa berjalan lambat, meskipun telah dilakukan beberapa putaran negosiasi.
Sebagian besar mitra dagang AS menghadapi prospek bea masuk yang lebih tinggi pada akhir moratorium 90 hari atas Tarif timbal balik “Hari Pembebasan” Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu.
Trump juga mengancam Tarif tambahan sebesar 10% pada negara-negara yang sejalan dengan apa yang dianggapnya sebagai kebijakan “anti-Amerika” dari negara-negara ekonomi berkembang BRICS.
Indeks Dolar, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama, naik 0,517% menjadi 97,467, mencapai titik tertinggi dalam satu minggu.
Indeks tersebut melanjutkan kenaikan dari minggu lalu ketika data yang mencerminkan ketahanan Pasar tenaga kerja mendorong kembali ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter yang akan segera dilakukan oleh Federal Reserve.
Namun, indeks tersebut mendekati titik terendah 3,5 tahun dan telah turun 10% sepanjang tahun ini karena investor mempertanyakan status mata uang AS sebagai mata uang safe haven dan menilai kembali ekspektasi sebelumnya bahwa AS dapat terhindar dari perlambatan ekonomi global.
Sterling melemah 0,26% menjadi $1,362, tetapi tetap mendekati level terkuatnya sejak Oktober 2021.
Mata uang berkorelasi positif dengan selera risiko, seperti Dolar Australia dan Dolar Selandia Baru masing-masing turun 0,79% dan 0,74% menjelang keputusan kebijakan moneter di kedua negara dalam dua hari mendatang.
Bank Sentral Australia secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga tunai seperempat poin lagi pada hari Selasa, sementara bank sentral Selandia Baru diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu. (Arl)
Sumber: Reuters
Aksi Trump ke Asia Picu Reli Dolar: Apa Implikasinya?
