Dolar menguat terhadap semua mata uang negara G10 setelah Presiden Donald Trump berjanji untuk melanjutkan rezim Tarif agresifnya, menekankan bahwa ia tidak akan menawarkan perpanjangan tambahan untuk pungutan khusus negara yang akan diberlakukan pada awal Agustus.
Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,1%.
Nilai tukar Dolar-yen menguat seiring imbal hasil Obligasi Pemerintah AS setelah terkoreksi akibat penetapan harga Tokyo, menurut seorang pedagang.
Trump juga mengatakan akan mengenakan Tarif 50% untuk produk tembaga yang dikirim ke AS dan perusahaan farmasi dapat menghadapi Pajak impor setinggi 200% jika mereka tidak memindahkan produksi ke AS tahun depan.
Dolar Selandia Baru sempat menguat setelah bank sentral mempertahankan suku bunga di 3,25%, tetapi mengisyaratkan bahwa inflasi akan naik mendekati batas atas target 1-3% akhir tahun ini. Penguatan tersebut berbalik setelah bank sentral juga mengatakan bahwa pemotongan suku bunga sedang dibahas.
“Prospek munculnya lebih banyak berita utama terkait Tarif dalam periode mendatang dapat memberikan dukungan tambahan bagi indeks USD dalam jangka pendek,” tulis Peter Dragicevich, ahli strategi mata uang di Corpay, dalam sebuah catatan. “Meskipun demikian, kami tetap berpandangan bahwa prospek pertumbuhan AS yang lebih lemah akibat meningkatnya ketidakpastian dan biaya impor yang dihadapi oleh bisnis/konsumen, prospek Pasar tenaga kerja yang lebih lemah dan suku bunga AS yang lebih rendah, dan/atau berkurangnya arus masuk modal ke AS dapat menyebabkan USD terus melemah dalam jangka menengah.”
USD/JPY menguat 0,4% menjadi 147,13.
NZD/USD melemah 0,3% menjadi 0,5979; menyentuh 0,6014 tak lama setelah keputusan RBNZ.(mrv)
Sumber : Bloomberg
Dolar Menguat, Trump Janji Tidak Menunda Tarif
