Harga Perak global melonjak mendekati level tertinggi dalam 14 tahun terakhir karena investor beralih ke logam mulia ini sebagai alternatif dari Emas yang telah mencapai harga mendekati rekor.
Pada perdagangan Senin (14/7), harga Perak spot sempat naik hingga 1,9% dan menyentuh level di atas $39 per ons, sebelum stabil di sekitar $38,46 pada pukul 10:24 pagi waktu New York.
Lonjakan harga Perak ini turut didorong oleh permintaan fisik yang meningkat tajam, terutama di London — pusat perdagangan logam mulia global — di mana sebagian besar Perak disimpan oleh dana ETF dan tidak tersedia untuk dibeli atau dipinjamkan. Sejak Februari, volume ETF berbasis Perak meningkat sekitar 2.570 ton, menurut data Bloomberg.
Permintaan terhadap Perak meningkat seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan kekhawatiran perang dagang yang memuncak setelah Presiden AS Donald Trump mengancam Tarif 30% atas barang-barang dari Meksiko dan Uni Eropa. Meksiko, sebagai produsen Perak terbesar dunia, menjadi sorotan utama karena ketidakpastian kebijakan perdagangan ini. Meski logam Perak dikecualikan dari Tarif saat ini, pelaku Pasar tetap khawatir pengecualian ini bisa berubah.
Perak juga menikmati momentum lebih kuat dibanding Emas dalam beberapa bulan terakhir. Rasio harga antara Emas dan Perak turun menjadi sekitar 86:1 — masih lebih tinggi dari rata-rata historis 80:1 — yang menunjukkan bahwa Perak relatif masih lebih murah dan menarik bagi investor. Harga Perak sendiri telah naik sekitar 35% sepanjang tahun ini, mengungguli kenaikan Emas yang tercatat sekitar 28%.
Di luar peran sebagai aset lindung nilai, Perak juga memiliki kegunaan industri, terutama dalam produksi panel surya. The Silver Institute memperkirakan Pasar Perak akan mengalami defisit untuk tahun kelima berturut-turut. Dengan kombinasi permintaan kuat, ketegangan perdagangan global, dan pasokan terbatas, logam mulia ini diprediksi akan tetap diminati dalam waktu dekat.(yds)
Sumber: Bloomberg
Perak Lanjutkan Lonjakan ke Level Tertinggi Hampir 14 Tahun
