Harga Minyak dunia cenderung stabil pada Kamis (17/7), dengan Brent ditawarkan di kisaran $68,47 per barel. Apa alasannya? Para pelaku Pasar sedang menyeimbangkan dua faktor utama: gangguan pasokan Minyak dari Irak dan Penguatan Dolar AS. Dolar yang lebih kuat biasanya menekan harga komoditas, namun kekhawatiran terhadap potensi penurunan pasokan Minyak global menjaga harga tetap kokoh.
Dari sisi geopolitik, serangan drone di wilayah Kurdistan, Irak, telah mengganggu produksi sekitar 200.000 barel per hari. Serangan ini berlanjut hingga Kamis, menurut otoritas setempat. Namun, dampaknya terhadap Pasar global agak terbatas karena wilayah tersebut belum mengekspor Minyak mentah sejak jalur pipa ekspor utama ditutup dua tahun lalu.
Sementara itu, stok Minyak di Cushing pusat penyimpanan utama di AS tercatat meningkat, tetapi levelnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata musiman. Hal ini memperkuat kekhawatiran soal pasokan jangka pendek. Kepala riset Minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, mengatakan bahwa Pasar kini lebih fokus pada “risiko penurunan pasokan” dibandingkan kelebihan stok global.
Indikasi kekhawatiran pasokan juga terlihat dari struktur harga Minyak yang mengalami kemunduran, di mana harga pengiriman jangka pendek lebih mahal daripada kontrak jangka panjang. Di AS, spread antara gasoil rendah sulfur dan Brent untuk kontrak September meningkat 7% bulan ini, mencerminkan potensi keuntungan yang lebih besar dari produksi diesel. Sementara itu, WTI untuk pengiriman Agustus naik tipis 0,23% menjadi $66,53 per barel.
Sumber: (ayu-newsmaker)
Minyak Stabil, Pedagang Timbang Risiko Pasokan dan Kuatnya Dolar
