Harga Emas melemah pada Kamis (18/7) seiring Penguatan Dolar dan rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan.
Harga Emas spot turun 0,3% ke $3.337,43 per ons, sementara Emas berjangka AS ditutup turun 0,4% di $3.345,30.
Pelemahan terjadi setelah Dolar AS naik 0,3%, membuat harga Emas dalam Dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Di saat yang sama, imbal hasil Obligasi AS juga menguat, memberikan tekanan tambahan bagi logam mulia.
Apa penyebabnya? Data ekonomi AS menunjukkan kekuatan konsumen dan Pasar kerja. Klaim tunjangan pengangguran mingguan turun, sementara penjualan ritel bulan Juni naik 0,6%, mengalahkan perkiraan. Kenaikan ini sebagian dipicu oleh kenaikan harga barang terkait Tarif, sehingga memicu kekhawatiran inflasi.
Sementara Gubernur The Fed, Adriana Kugler, menyatakan bahwa suku bunga sebaiknya tidak diturunkan dalam waktu dekat karena tekanan harga masih berlanjut.
Meski Emas umumnya menjadi lindung nilai terhadap ketidakpastian dan inflasi, suku bunga tinggi membuat Emas kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil. Pasar juga masih mencermati isu perdagangan global.
Di sisi lain Jepang tengah bernegosiasi untuk menghindari Tarif 25% dari AS, dengan batas waktu kesepakatan yang semakin dekat, yakni 1 Agustus. Jika tensi perdagangan meningkat, Emas berpotensi kembali menguji rekor tertinggi.
Sementara permintaan fisik meningkat. Ekspor Emas dari Swiss melonjak 44% pada Juni, menandakan lonjakan pengiriman kembali ke Inggris dari AS melalui kilang Swiss.
Untuk logam lainnya, palladium naik 3,8% ke level tertinggi sejak September 2023, didorong kekhawatiran pasokan dari Rusia.
Perak juga naik 0,3% ke $38,07 per ons, dan platinum menguat 3,1% ke $1.460,13.(yds)
Sumber: Reuters
Emas Turun, Dolar dan Data AS Jadi Beban
