Dolar Menguat Di Topang Data Ekonomi yang Kuat, Aussie Terpuruk

Indeks Dolar AS kembali menguat pada Kamis (17/7), didorong oleh data penjualan ritel AS bulan Juni yang lebih tinggi dari perkiraan serta klaim pengangguran mingguan yang lebih rendah dari ekspektasi. Semua mata uang utama negara-negara G10 melemah terhadap Dolar, dengan Dolar Australia menjadi yang paling tertekan.
Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,3% dan diproyeksikan mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Mei. “Pasar sebelumnya memperkirakan Tarif AS akan membebani ekonomi domestik, yang jadi alasan utama kinerja Dolar lemah,” kata Yusuke Miyairi, analis strategi valas di Nomura. “Namun saat ini, kekhawatiran itu tampaknya lebih seperti ‘harapan’ daripada kenyataan, karena data ekonomi AS belum menunjukkan tanda-tanda pelemahan pertumbuhan.”
Penguatan Dolar terjadi setelah sempat melemah di sesi sebelumnya, usai Presiden Donald Trump mengutarakan ide untuk memecat Ketua The Fed Jerome Powell. “Tekanan politik terhadap Powell justru bisa mengancam kredibilitas The Fed,” ujar Elias Haddad dari Brown Brothers Harriman. “Seharusnya Dolar bisa diperdagangkan lebih tinggi jika hanya berdasarkan selisih suku bunga saja.”
Trump juga menyampaikan rencana untuk mengirim surat ke lebih dari 150 negara mengenai kemungkinan Tarif 10% hingga 15%.
Di sisi lain, USD/JPY naik 0,5% ke 148,57.
Para analis memperkirakan yen akan terus melemah jika koalisi PM Jepang Shigeru Ishiba kalah dalam pemilu majelis tinggi.
Pasangan EUR/USD turun 0,4% ke 1,1599, sementara GBP/USD melemah tipis ke 1,3418 setelah data pengangguran Inggris naik ke 4,7%.
Pasangan AUD/USD anjlok 0,6% ke 0,6490 setelah tingkat pengangguran Australia melonjak tak terduga ke level tertinggi dalam empat tahun, meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral bulan depan.(yds)
Sumber: Bloomberg

Perhatian!!!
Managemen PT. Rifan Financindo Berjangka (PT RFB) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap beberapa bentuk penipuan yang berkedok investasi mengatasnamakan PT RFB dengan menggunakan media elektronik ataupun sosial media. Untuk itu harus dipastikan bahwa transfer dana ke rekening tujuan (Segregated Account) guna melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka adalah atas nama PT Rifan Financindo Berjangka, bukan atas nama individu.