Dolar Melemah di Tengah Tuduhan terhadap Powell

Dolar Amerika Serikat (USD) mengawali pekan ini dalam tekanan, melemah terhadap mata uang utama lainnya pada perdagangan hari Senin. Pelaku Pasar bereaksi terhadap meningkatnya ketegangan dagang menjelang tenggat 1 Agustus serta sentimen Pasar yang cenderung hati-hati.
Meskipun data ekonomi AS akhir-akhir ini cukup solid, Dolar menghadapi tekanan akibat ketidakpastian seputar ancaman Tarif baru dari pemerintahan Presiden Donald Trump dan meningkatnya tekanan politik terhadap Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga.
Kekhawatiran mengenai independensi The Fed meningkat tajam setelah Rep. Anna Paulina Luna (Partai Republik, Florida) secara resmi melaporkan Ketua The Fed Jerome Powell ke Departemen Kehakiman (DOJ) dengan tuduhan pidana. Powell dituduh melakukan dua kali kebohongan di bawah sumpah saat memberikan kesaksian di Kongres terkait proyek renovasi kantor pusat The Fed senilai $2,5 miliar.
Meski dampak hukumnya masih belum jelas, dinamika politik ini menambah ketidakpastian dan memperburuk sentimen investor di tengah Pasar yang sudah rapuh.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dalam wawancara dengan CNBC hari Senin, melontarkan kritik tajam terhadap The Fed. Ia mengatakan bahwa sudah waktunya untuk “meninjau kembali seluruh institusi” dan mengevaluasi apakah The Fed masih efektif.
Pernyataannya memperdalam kekhawatiran tentang potensi tekanan politik terhadap bank sentral, meruntuhkan kepercayaan Pasar terhadap independensi kebijakan moneter.
Bessent juga menolak kekhawatiran inflasi yang disuarakan The Fed, menyebutnya “menakut-nakuti publik soal Tarif”, dan bersikeras bahwa inflasi masih terkendali.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, terus melemah secara intraday setelah sebelumnya mencatat dua pekan kenaikan beruntun.
Pada jam perdagangan AS, DXY diperdagangkan di kisaran 97,90, terus merosot di tengah meningkatnya ketegangan kebijakan dan perubahan ekspektasi suku bunga.
Pekan lalu, Dolar menghadapi volatilitas yang tinggi akibat ancaman Tarif baru dan laporan bahwa Presiden Trump sempat mempertimbangkan memecat Jerome Powell—klaim yang kemudian dia sebut “sangat tidak mungkin.”
Meski demikian, DXY berhasil membukukan kenaikan mingguan sebesar 0,62%, menunjukkan ketahanan relatif Greenback di tengah gejolak politik dan kebijakan.
Namun secara keseluruhan, tren jangka menengah mengindikasikan adanya kelemahan struktural dalam Dolar AS. Sinyal yang saling bertolak belakang dari para pejabat The Fed terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli turut menambah kebingungan Pasar.
Meski begitu, data ekonomi yang kuat, termasuk penjualan ritel yang solid dan Pasar tenaga kerja yang sehat, masih menjadi penopang bagi Dolar.
Melihat ke depan, kalender ekonomi AS cukup ringan pekan ini. The Fed saat ini juga sedang memasuki masa tenang (blackout period) menjelang rapat kebijakan tanggal 30 Juli, yang berarti tidak ada komentar resmi terkait kebijakan moneter dari para pejabat Fed hingga saat itu.
Meskipun Jerome Powell dan Gubernur Michelle Bowman dijadwalkan berbicara pada hari Selasa, pidato mereka diperkirakan tidak akan membahas kebijakan.
Dengan The Fed tidak aktif, Pasar akan mencermati data ekonomi seperti:
Indeks PMI awal dari S&P Global pada hari Kamis, dan
Pesanan barang tahan lama (Durable Goods) hari Jumat
…untuk mendapatkan petunjuk baru terkait prospek ekonomi AS dan arah kebijakan Fed selanjutnya.(yds)
Sumber: FXStreet

Perhatian!!!
Managemen PT. Rifan Financindo Berjangka (PT RFB) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap beberapa bentuk penipuan yang berkedok investasi mengatasnamakan PT RFB dengan menggunakan media elektronik ataupun sosial media. Untuk itu harus dipastikan bahwa transfer dana ke rekening tujuan (Segregated Account) guna melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka adalah atas nama PT Rifan Financindo Berjangka, bukan atas nama individu.