Dolar AS (USD) bergerak stabil pada hari Rabu (23/7) setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut. Para pelaku Pasar tampak mengambil jeda seiring meredanya ketegangan perdagangan global, menyusul tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Jepang menjelang tenggat Tarif pada 1 Agustus. Namun, meningkatnya tekanan politik terhadap Federal Reserve (The Fed), termasuk kritik baru terhadap Ketua Jerome Powell, kembali memunculkan kekhawatiran atas independensi bank sentral, sehingga sentimen Pasar tetap rapuh dan Dolar berada dalam posisi tertekan.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, terkonsolidasi di bawah level 97,50 dalam sesi perdagangan Amerika hari Rabu. Indeks ini telah turun sekitar 1,10% sepanjang pekan ini karena pelaku Pasar cenderung bersikap hati-hati sambil menanti kejelasan lebih lanjut soal arah pembicaraan dagang.
Presiden AS Donald Trump memicu optimisme hati-hati pada hari Selasa dengan mengumumkan apa yang ia sebut sebagai “kesepakatan dagang besar-besaran” dengan Jepang, menyebutnya “mungkin yang terbesar yang pernah dibuat.” Dalam kesepakatan ini, Tarif impor terhadap berbagai produk Jepang yang awalnya sebesar 25% diturunkan menjadi 15%. Trump juga menyebut bahwa Jepang akan menginvestasikan US$550 miliar di AS, dengan 90% dari keuntungan diharapkan kembali ke industri Amerika. Kesepakatan ini juga disebut akan menciptakan “ratusan ribu lapangan kerja” dan membuka akses Pasar Jepang untuk ekspor AS, termasuk mobil, truk, beras, dan produk pertanian.
Meski kesepakatan ini meredakan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang menjelang tenggat waktu 1 Agustus dan memicu harapan bahwa Washington dapat mencapai hasil serupa dengan mitra dagang lainnya, ketidakpastian tetap membayangi prospek jangka pendek Dolar AS—terutama karena negosiasi dengan India dan Uni Eropa belum menemukan titik terang.
Sumber: Fxstreet
Dolar AS Masih Rentan Meski Ada Kesepakatan Dagang dengan Jepang
