Harga Perak bertahan stabil di sekitar level $36 per ounce pada perdagangan Selasa (1/7), melanjutkan performa kuatnya sepanjang bulan Juni. Sentimen Pasar terhadap logam mulia ini ditopang oleh pelemahan Dolar AS, meningkatnya spekulasi terkait pemangkasan suku bunga Federal Reserve, serta kekhawatiran fiskal dan ketidakpastian perdagangan global. Dolar yang lebih lemah biasanya meningkatkan permintaan terhadap komoditas yang dihargai dalam Dolar, seperti Perak, karena menjadi lebih terjangkau bagi pembeli internasional.
Investor kini menanti data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis minggu ini. Jika data menunjukkan pelemahan Pasar tenaga kerja, hal ini bisa memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed secepatnya pada bulan Juli — kondisi yang biasanya menguntungkan logam mulia seperti Perak. Sementara itu, perhatian Pasar juga tertuju pada perkembangan politik fiskal di Washington, di mana Senat AS tengah berupaya meloloskan paket pemotongan Pajak dan belanja besar-besaran dari Presiden Trump sebelum tenggat 4 Juli. RUU tersebut diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar $3,3 triliun, memperbesar kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal AS.
Di sisi perdagangan, Pasar global masih mencermati apakah AS dapat menyelesaikan kesepakatan dengan mitra dagang utama sebelum berakhirnya masa tenggang 90 hari Tarif impor yang ditetapkan Trump, yang akan habis minggu depan. Ketidakpastian seputar Tarif ini turut mendorong investor untuk berlindung di aset safe haven seperti Perak. Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, harga Perak menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global yang meningkat.(yds)
Sumber: Trading Economics
Perak Tetap Kuat di Zona Penting, Dolar Melemah
