Harga Minyak dunia bergerak turun pada hari Senin, karena kekhawatiran atas eskalasi perang dagang global menekan sentimen Pasar, meskipun ada potensi risiko pasokan dari Rusia. Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) menjanjikan mendekati $68 per barel, turun 0,7%, sementara Brent turun 0,4% menjadi sekitar $70,05 per barel. Penurunan ini terjadi setelah periode singkat sebelumnya yang didorong oleh spekulasi soal sanksi baru terhadap Rusia.
Ancaman Tarif 30% dari Presiden Donald Trump terhadap impor dari Uni Eropa dan Meksiko menimbulkan kekhawatiran bahwa permintaan energi global akan melemah. Penguatan Dolar AS juga menambah tekanan, karena membuat harga komoditas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri. Sentimen Pasar melemah, terlihat dari penurunan indeks saham dan pembalikan arah reli Minyak.
Investor sebelumnya berharap pernyataan besar dari Trump mengenai Rusia akan memicu sanksi baru terhadap ekspor energi Moskow. Presiden AS mengonfirmasi bahwa Washington akan mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina, menandai perubahan sikap yang lebih konfrontatif. Hal ini mendorong spekulasi bahwa pedagang algoritmik seperti CTA (commodity trading counsels) akan kembali masuk Pasar dan membeli Minyak, mengantisipasi pasokan pasokan.
Namun kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global tetap dominan. Serangkaian surat Tarif yang dikeluarkan Trump ke berbagai mitra dagang besar, termasuk Jepang dan Brasil, menambah tekanan terhadap prospek permintaan energi. Kekhawatiran ini memicu aksi jual oleh hedge fund dan investor besar yang menjadi semakin bearish terhadap Minyak sejak Februari.
Di sisi lain, data dari Tiongkok menunjukkan permintaan Minyak tetap kuat. Negara tersebut mencatat surplus rekor perdagangan dan peningkatan impor Minyak mentah, termasuk dari Iran. Namun, dengan OPEC+ yang mulai melemahkan kebijakan produksi, para analis memperkirakan kelebihan pasokan bisa terjadi pada paruh kedua tahun ini, menambah beban terhadap harga Minyak global.
Sumber: (ayu-newsmaker)
Harga Minyak Melemah, Ketegangan Tarif AS Bayangi Risiko Pasokan Rusia
