Dolar AS bergerak datar terhadap euro pada hari Kamis (24/7) pasca Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, sambil terjebak di antara prospek kenaikan suku bunga Jepang yang mendukung yen dan kekhawatiran risiko politik pasca pemilu hari Minggu.
ECB mempertahankan suku bunga acuan di 2% sebagaimana diperkirakan, menghentikan rangkaian pelonggaran kebijakan selama setahun guna menunggu kejelasan terkait hubungan dagang Eropa–Amerika Serikat di masa depan.
“Pandangan bahwa ECB akan menahan diri di titik ini semakin menguat. Kami memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September menjadi di bawah 50%,” kata Shaun Osborne, Kepala Strategi Valas di Scotiabank, Toronto.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ), Shinichi Uchida, mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan AS pada hari Selasa telah mengurangi ketidakpastian ekonomi, yang memicu optimisme Pasar terkait kemungkinan kembali naiknya suku bunga Jepang.
Namun, yen diperkirakan akan menghadapi tekanan lanjutan pasca pemilu majelis tinggi Jepang, karena oposisi mempertimbangkan mosi tidak percaya.
Tarif 15% Mengancam Uni Eropa
Diplomat Uni Eropa menyatakan bahwa UE semakin dekat pada kesepakatan dagang dengan AS yang akan menetapkan Tarif dasar 15% terhadap produk UE, termasuk mobil. Tarif ini akan mencerminkan kesepakatan yang sudah lebih dulu dijalin AS dengan Jepang.
“ECB menghadapi tantangan yang jauh berbeda secara kuantitatif dibandingkan BoJ,” ujar Thierry Wizman, ahli strategi valas dan suku bunga global di Macquarie Group.
Menurutnya, euro telah menguat jauh lebih besar daripada yen sepanjang 2025, sehingga efek disinflasi dari Tarif impor AS mungkin lebih besar di kawasan euro daripada di Jepang.
Data PMI menunjukkan kelemahan di Prancis pasca usulan pemangkasan anggaran, namun juga menunjukkan ketahanan ekonomi Jerman dan sebagian besar zona euro. Aktivitas bisnis Jerman dilaporkan masih tumbuh tipis pada Juli.
“Sejauh ini, dampak Tarif terhadap data ekonomi riil masih minim,” kata Mohit Kumar, ekonom di Jefferies.
Fokus Pasar Bergeser ke The Fed dan Data Ekonomi AS
Di sisi lain, aset berisiko menguat karena kesepakatan dagang mengurangi kekhawatiran Pasar terhadap risiko ekonomi akibat perang dagang global.
Komite Pasar Terbuka The Fed (FOMC) akan menggelar pertemuan minggu depan, dan diharapkan tidak mengubah suku bunga, sambil menanti efek nyata dari Tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pekan depan juga akan dirilis sejumlah data ketenagakerjaan AS, termasuk laporan non-farm payrolls bulan Juni yang krusial, Indeks PCE bulan Juli, dan revisi pertama PDB kuartal kedua.
“Akan ada banyak faktor risiko minggu depan, bukan hanya dari The Fed, tapi juga dari data ekonomi. Ini akan membentuk ekspektasi untuk pertemuan The Fed di bulan September,” tambah Osborne.
Nilai tukar euro terhadap Dolar stabil di $1,1764, tidak jauh dari puncaknya $1,1830 awal bulan ini—level tertinggi dalam lebih dari 3 tahun.
Terhadap yen, Dolar naik tipis 0,2% ke 146,84, meski sempat menyentuh titik terendah dua minggu di 145,86.
Olivier Korber, analis valas di Societe Generale, memperkirakan yen akan menguat lebih lanjut, didorong oleh deal dagang dan ekspektasi kenaikan suku bunga.
Ishiba membantah pada Rabu bahwa ia telah memutuskan mundur, meski sebelumnya dilaporkan bahwa ia akan mengundurkan diri karena kekalahan telak dalam pemilu majelis tinggi.
Trump Kunjungi The Fed, Dolar Menguat Tipis
Pasar valas sebagian besar mengabaikan kabar bahwa Presiden AS Donald Trump, yang dikenal sebagai kritikus keras Ketua The Fed Jerome Powell, akan mengunjungi bank sentral pada Kamis—langkah mengejutkan yang meningkatkan ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed.
Indeks Dolar AS, yang mengukur kekuatan Dolar terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, naik 0,2% ke 97,37.
Di Pasar kripto: Bitcoin naik 0,33% menjadi $118.391,37, Ethereum naik 2,14% menjadi $3.647,18.(yds)
Sumber: Reuters
Dolar Stabil Pasca ECB Tahan Suku Bunga, Fokus Beralih ke Tarif dan Fed
